Masyarakat
ke Kotaan & Masyarakat ke Desaan
A. Masyarakat Perkotaan
1.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat
dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas masyarakat adalah
ekseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan,
bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan
dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok
manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa,
golongan dan sebagainya. Masyarakat
(society) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti manusia
yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan
jaringan perhubungan antara pelbagai individu. Dari segi perlaksaan, ia
bermaksud sesuatu yang dibuat - atau tidak dibuat - oleh kumpulan orang itu.
Masyarakat merupakan subjek utama dalam pengkajian sains sosial.
2.
Pengertian Masyarakat
Perkotaan.
Kota
adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya, apabila penghuni setempatnya
dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar. Dari beberapa
pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama.
Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu
dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Ciri-Ciri
Masyarakat Kota :
Ada
beberapa ciri masyarakat kota yang menonjol :
a. Kehidupan keagamaannya
berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang
cenderung kearah keduniaan saja.
b. Orang kota pada umumnya dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain
(Individualisme).
c. Pembagian kerja diantara
warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d. Kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
e. Perubahan-perubahan tampak
nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh-pengaruh dari luar.
Gambar
Perkotaan
3.
Perbedaan Desa dan Kota.
Dalam
masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural
community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Perbedaan tersebut
sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana,
karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada
pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan. Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota
yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem
yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial
yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan”.
Warga
suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam
ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan, menjelaskan
ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan
kekerabatan.
Sistem
kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk
masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya
tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti
pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian,
hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan
orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting.
Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan
yang dihadapi. menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada
umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada
beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara
desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan
dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat
disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan. Ciri-ciri
tersebut antara lain :
1. Jumlah dan kepadatan penduduk
2. Lingkungan hidup
3. Mata pencaharian
4. Corak kehidupan sosial
5. Stratifikasi sosial
6. Mobilitas sosial
7. Pola interaksi sosial
8. Solidaritas sosial
9. Kedudukan dalam hierarki
sistem administrasi nasional
4.
Hubungan Desa dan Kota.
A. Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan
adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling
membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu
proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa
urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123
).
B. Sebab-sebab Urbanisasi :
1. Faktor-faktor yang mendorong
penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (Push factors)
2. Faktor-faktor yang ada dikota
yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors)
Hal – hal yang termasuk push
factor antara lain :
a. Bertambahnya penduduk
sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian.
b. Terdesaknya kerajinan rumah
di desa oleh produk industri modern.
c. Penduduk desa, terutama kaum
muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan
suatu cara hidup yang monoton.
d. Didesa tidak banyak
kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e. Kegagalan panen yang
disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang,
dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
Hal – hal yang termasuk pull
factor antara lain :
a. Penduduk desa kebanyakan
beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan
penghasilan
b. Dikota lebih banyak
kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri
kerajinan.
c. Pendidikan terutama
pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d. Kota dianggap mempunyai
tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan
segala macam kultur manusianya.
e. Kota memberi kesempatan untuk
menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri
dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 )
5.
Aspek Positif dan Negatif
Perkembangan
kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan
dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang
memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota
sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut. Secara
umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5
unsur yang meliputi :
·
Wisma
: Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
·
Karya
: Untuk penyediaan lapangan kerja.
·
Marga
: Untuk pengembangan jaringan jalan dan telekomunikasi.
·
Suka
: Untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
·
Penyempurnaan
: Untuk fasilitas keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk itu semua , maka fungsi
dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan :
a. Aparatur kota harus dapat
menangani berbagai masalah yang timbul di kota . Untuk itu maka pengetahuan
tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya .
b. Kelancaran dalam pelaksanaan
pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat ,
agar tidak disusul dengan masalah lainnya ;
c. Masalah keamanan kota harus
dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka kegelisahan penduduk akan
menimbulkan masalah baru ;
d. Dalam rangka pemekaran kota ,
harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para
pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah
kabupaten dan sekitarnya .
Oleh karena itu maka
kebijaksanaan perencanaan dan mengembangkan kota harus dapat dilihat dalam
kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional . Rumusan pengembangan
kota seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah kota sebagai
berikut :
1. Menekan angka kelahiran
2. Mengalihkan pusat pembangunan
pabrik (industri) ke pinggiran kota
3. Membendung urbanisasi
4. Mendirikan kota satelit
dimana pembukaan usaha relatif rendah
5. Meningkatkan fungsi dan
peranan kota – kota kecil atau desa – desa yang telah ada di sekitar kota besar
6. Transmigrasi bagi warga yang
miskin dan tidak mempunyai pekerjaan.
B. Masyarakat Pedesaan
1. Pengertian Desa
Desa
merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, social, ekonomi, politik dan
kulural yng terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara
timbale balik dengan daerah lain. Pola keruangan desa bersifat agraris yang
sebagian atau seluruhnya terisolasi dari kota. Tempat kediaman penduduk
mencerminkan tingkat penyesuaian penduduk terhadap lingkungan alam, seperti
iklim, tanah, topografi, tata air, sumber alam, dan lain-lain. Tingkat
penyesuaian penduduk desa terjhadap lingkungan alam bergantung factor ekonomi,
social, pendidikan dan kebudayaan.
Gambar Pedesaan
Ciri-Ciri
Masyarakat Pedesaan :
Menurut
Anshoriy (2008), dalam penelitiannya tentang kearifan lingkungan di tanah jawa,
bahwa kehidupan sosiokultural masyarakat di pedusunan (pedesaan) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjunjung kebersamaan dalam
bentuk gotong royong, gugur gunung dan lain sebagainya,
2. Suka kemitraan dengan
menganggap siapa saja sebagai saudara dan wajib dijamu bila berkunjung ke
rumah,
3. Mementingkan kesopanan dalam
wujud unggah-ungguh, tata krama, tata susila dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan etika sopan santun.
4. Memahami pergantian musim
(pranata mangsa) yang berkaitan dengan masa panen dan masa tanam,
5. Memiliki pertimbangan dan
perhitungan relijius (hari baik dan hari buruk) dalam setiap agenda dan
kegiatannya,
6. Memiliki toleransi yang
tinggi dalam memaafkan dan memaklumi setiap kesalahan orang lain terutama
pemimpin atau tokoh masyarakat,
7. Mencintai seni dan dekat
dengan alam.
2.
Hakikat & Sifat
Masyarakat Pedesaan.
Seperti
dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia lebih dari
80% tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian yang bersifat agraris.
Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas
dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu
masyarakat yang adem-ayem, sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat
untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau
kekusutan pikir.Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini
mengenal bermacam-macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham
yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan
penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial. Dalam hal ini kita jumpai
gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan:
1.
Konflik (pertengkaran)
Ramalan
orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan harmonis
itu memang tidak sesuai dengan kenyataan sebab yang benar dalam masyarakat
pedesaan adalah penuh masalah dan banyak ketegangan. Karena setiap hari dari
mereka yang selalu berdekatan dengan orang-orang tetangganya secara
terus-menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk bertengkar amat banyak
sehingga kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat
banyak dan sering terjadi.Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya
berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering manjalar ke luar
rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada
masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dan sebagainya.
2.
Kontraversi (pertentangan)
Pertentangan
ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi
atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic). Para ahli hukum biasanya
meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan
masyarakat.
3.
Kompetisi (persiapan)
Sesuai
dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai
sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan
manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu, maka wujud persaingan itu bisa
positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan
usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau out put (hasil). Sebaliknya
yang negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau
berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal
ini kurang ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.
3.
Kegiatan Pada Masyarakat
Pedesaan.
Masyarakat
pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja
keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah
masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan
tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi apabila orang berpendapat bahwa
orang desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat
sambutan yang sangat dari para ahli. Karena pada umumnya masyarakat sudah
bekerja keras. Tetapi para ahli lebih untuk memberikan perangsang-perangsang
yang dapat menarik aktivitas masyarakat pedesaan dan hal ini dipandang sangat
perlu. Dan dijaga agar cara dan irama bekerja bisa efektif dan efisien serta
kontinyu (diusahakan untuk menghindari masa-masa kosong bekerja karena
berhubungan dengan keadaan musim/iklim di Indonesia).
4.
Sistem Nilai Budaya Petani di
Indonesial.
1. Para petani di Indonesia
terutama di pulau jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai
sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti
bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan
bersembunnyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib
menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian
sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
2. Mereka beranggapan bahwa
orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadnag untuk mencapai kedudukannya.
3. Mereka berorientasi pada masa
ini (sekarang), kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang mampu untuk itu.
Bahkan kadang-kadang ia rindu masa lampau mengenang kekayaan masa lampau
menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka).
4. Mereka menganggap alam tidak
menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu
yang harus wajib diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu
tidak berulang kembali. Mereka cukup
saja menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya.
5. Dan unutk menghadapi alam
mereka cukup dengan hidup bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu
tergantung kepada sesamanya.
6. UNSUR-UNSUR DESA
·
Daerah,
dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaanya.
·
Penduduk,
adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata
pencaharian penduduk desa setempat.
·
Tata
kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak berdiri sendiri.
C. Urbanisasi
1.
Pengertian Urbanisasi
termasuk tanda-tandanya
Urbanisasi
mempunyai pengertian sebagai suatu proses pindahnya sebagian besar penduduk di
suatu negara untuk bertempat tinggal di pusat-pusat perkotaan. Menurut Schor,
pengertian urbanisasi mengandung arti yang bermacam-macam, antara lain:
a. Arus pindah ke kota
b. Bertambah besar jumlah tenaga
kerja nonagraris di sekitar industri dan sekitar jasa
c. Tumbuhnya pemukiman menjadi
kota
d. Meluasnya pengaruh kota di
daerah pedesaan memengaruhi segi ekonomi, sosial kebudayaan, dan psikologi.
Konsep
pokok urbanisasi tersebut, baik sebagai proses maupun perpindahan penduduk
sangat sulit untuk dipisahkan. Hal ini dikarenakan konsep tersebut mempunyai
keterkaitan di mana penduduk merupakan faktor penentu bagi perkembangan suatu
kota.
Tanda-Tandanya Urbanisasi
adalah :
Terjadinya
arus perpindahan penduduk dari desa ke kota, Bertambah besarnya jumlah tenaga
kerja nonagraria di sektor sekunder (industri) dan sektor tersier (jasa),
tumbuhnya pemukiman menjadi kota, meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan
mengenai segi ekonomi, sosial, kebudayaan dan psikologis.
2.
Sebab-Sebab Terjadinya
Urbanisasi.
Faktor
Pendorong Dari Desa adalah :
1. Faktor pendorong dan desa
yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai beriikut.
2. Terbatasnya kesempatan kerja
atau lapangan kerja di desa.
3. Tanah pertanian di desa
banyak yang sudah tidak subur atau mengalami kekeringan.
4. Kehidupan pedesaan lebih
monoton (tetap/tidak berubah) daripada perkotaan.
5. Fasilitas kehidupan kurang
tersedia dan tidak memadai.
6. Upah kerja di desa rendah.
7. Timbulnya bencana desa,
seperti banjir, gempa bumi, kemarau panjang, dan wabah penyakit.
Faktor Penarik dari Kota
adalah :
1. Faktor penarik dan kota yang
menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai berikut.
2. Kesempatan kerja lebih banyak
dibandingkan dengan di desa.
3. Upah kerja tinggi.
4. Tersedia beragam fasilitas
kehidupan, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, dan
pusat-pusat perbelanjaan.
5. Kota sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
3.
Akibat-Akibat Urbanisasi
Akibat
dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak terhadap
lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan
sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap lingkungan kota antara lain:
1.
Semakin minimnya lahan kosong
di daerah perkotaan
Pertambahan
penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya dukung
kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui.
ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan
tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH)
pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan telah
banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan
perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan untuk
perdagangan maupun perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain
itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan
kosong sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya
lahan kosong di daerah perkotaan.
2.
Menambah polusi di daerah
perkotaan
Masyarakat
yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk
memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan kendaraan
bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus,
menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan
atau polusi suara bagi telinga manusia.
3.
Penyebab bencana alam
Para
urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan
lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai
(DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan
berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang
seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab
terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung air hujan
lagi.
4.
Pencemaran yang bersifat
sosial dan ekonomi
Kepergian
penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila
masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun,
kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki
keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk
memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh harian,
penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, dan pekerjaan lain yang
sejenis. Bahkan,masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi
tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
5.
Penyebab kemacetan lalu
lintas
Padatnya
penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus
urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal
maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga
kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para
urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan
di kota.
6.
Merusak tata kota
Tata
kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya
urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta
gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang
telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru
digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar
tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.
4.
Usaha Menanggulangi
Urbanisasi
Menanggulangi
Urbanisasi dengan cara sebagai berikut :
1.
Lokal Jangka Pendek
Lokal jangka pendek di bagi
lagi menjadi 5 cara yaitu :
a. Perbaikan perekonomian
pedesaan
b. Pembersihan pemukiman kumuh
c. Perbaikan pemukiman kumuh
d. Memperluas lapangan kerja
e. Membuka dam melaksanakan
proyek perkotaan
2.
Lokal Jangka Panjang
Salah satu cara untuk
menanggulangi urbanisasi yang besar adalah dengan membuat master plan(rencana
induk) kota yaitu suatu rumusan tindakan-tindakan yand dapat menjaga agar
sejumlah factor-faktor yang ada di di kota seperti pembangunan perumahan,lapangan
kerja,taman kota, tempat rekreasi dan lain sebagainya dapat tumbuh secara
bersamaan dan imbang. Master plan ini berjangka waktu yang panjang, dan setiap
5 atau 10 tahun sekali harus di revisi supaya menyesuaikan dengan keadaan.
3.
Nasional Jangka Pendek
Selain cara di atas (local /
sektoral) ada pula cara lain yaitu dengan cara nasional.Pemerintah dapat
membuat peraturan perundang-undangan mengenail masalah migrasi.
4.
Nasional Jangka Panjang
Di samping nasional jangka
pendek, dapat juga dipakai pendekatan penanganan jangka panjang yang meliputi:
·
Pemencaran
pembangunan kota dengan membangun kota-kota baru.
·
Membangun
daerah dengan memusatkan perhatian pada pengembangan kota-kota sedang dan kecil
sebagai pusat pengembangan (growth centries) wilayah yang terutama bercorak
pedesaan. Contoh : di bangunnya Kota
Satelit Bumi Serpong Damai (BSD) di Jakarta.
·
Mengendalikan
industry di kota-kota besar, di samping mengendalikan urbanisasi, juga dapat
mengendalikan pencemaran.
D.
Permasalahan yang Terjadi
dengan Masyarakat Kota & Masyarakat Desa
A.
Permasalahan Sosial
Masyarakat Perkotaan
Menurut
Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan
gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai
dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah
sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial
dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus
seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat,
dan lain sebagainya.
Masalah
sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1.
Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2.
Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3.
Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4.
Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb
B.
Permasalahan yang Terdapat di
Pedesaan.
1.
Ekonomi
Masalah
Ekonomi adalah salah satu Masalah Terbesar yang terjadi di pedesaan . Laju
Ekonomi yang tergolong lambat karena
lapangan kerja di sektor Formal yang sangat sulit. Banyak dari mereka yang
hanya bekerja sebagai petani , nelayan ataupun sebagai peternak dan tidak
sedikit pula dari mereka yang menganggur. Tentu ini juga menjadi masalah yang
harus diperhatikan oleh pemerintah karena wilayah negara tersebut tidak hanya
sebatas daerah Perkotaan . tetapi juga ada daerah Pedesaan yang justru
membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah.
2.
Pendidikan
Kualitas
Pendidikian di pedesaan menajadi masalah yang sangat penting . karena kualitas
pendidikan masih di bawah kualitas pendidikan di perkotaan. Ini karena sarana
pendidikana yang kurang dan juga tenaga pengajar yang kurang juga menjadi sebab kurang bagusnya pendidikan di pedesaan. Dan
ini juga menyebabkan kurang terserapnya Tenaga kerja masyarakat pedesaan untuk
lapangn pekerjaan yang formal.
3.
Sarana dan Prasarana.
Ini
adalah Masalah yang paling utama di pedesaan . minimnya sarana dan prasaran sudah memunculkan banyak
masalah besar lainya. Sarana dan prasarana
seperti jalan yang memdai ,sekolah , Fasilitas kesehatan dan ada juga
fasilitas listrik yang masih belum bisa diikmati masyarakat pedesaan. Namun
dari semua kekurangan yang dimiliki pedesaan masih banyak sisi positif yang
dimiliki masyarakat pedesaan , seperti hubungan kekeluargaan antar masyarakat ,
Masyarakat pedesan cenderung lebih taat kepada agama , Mereka juga masih
memegang teguh adat istiadat yang ada di daerah mereka masing-masing , mereka
juga lebih kreatif dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitar mereka
dengan cara yang wajar dan Merek juga sangat ramah kepada pendatang yang
berkunjug ke wilayah mereka. Di setiap wilayah yaitu Pedesaan dan Perkotaan
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing . namun dengan adanya persepsi
dua wilayah , perkotaan dan pedesaan seharusnya bukan menjadi perbedaan
prioritas pemerintah untuk menjalankan kewajibanya untuk membangun wilayah
negara menjad lebih maju. Begitu juga seluruh masyarakat yang ada diwilayah
itu . Mereka seharusnya tidah
membeda-bedakan berasal darimanakah orang itu. Karena darimanapun orang
tersebut mereka masih bagian dari wilayah tersebut
Jika kalian tinggal
di desa apakah ingin pindah ke kota?
Tidak,
Karena tinggal di desa sangat tentram dibandingkan di kota. Di pedesaan masih
segar udaranya sehingga jarang menghirup udara kotor seperti di perkotaan, dan
tidak mengalami kemacetan seperti yang setiap hari terjadi pada perkotaan.
Tetapi, kekurangan tinggal di desa adalah masalah pekerjaan yang relatif gaji
yang kurang untuk menghidupi keluarga mereka sehingga banyak orang desa yang
menuju kota agar mendapatkan pekerjaan layak tapi tak semua orang bisa hidup
layak di kota, karena kehidupan di perkotaan sangat keras jadi harus banting
tulang extra keras untuk mendapatkan gaji yang layak. Jadi lebih baik kita
tinggal di pedesaan, dan kita mendirikan usaha sendiri di pedesaan tersebut
untuk menjadikan lapangan pekerjaan bagi orang-orang desa disekitar.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar